Wilayah Ubud, Paroki Santa Helena, Lippo Village, Binong, Curug, Tangerang, Banten
Monday, December 02, 2013
Friday, February 08, 2013
Panggilan Gereja: Mencintai Alam dalam Ranah Kehidupan Kristiani
Abstraksi
Isu
lingkungan hidup kerapkali dihubungkan dengan program pembangunan hidup
manusia. Salah satu sarananya yaitu alam yang terus digerogoti.
Penggunaan sumber daya alam menjadi alasan untuk program pembangunan
itu. Dunia saat ini sedang terjadi ketidakseimbangan ekosistem.
Ketidakseimbangan ini memberi dampak yang cukup parah bagi lingkungan,
alam, komunitas, dan populasi. Melihat kenyataan ini, Gereja sebagai
persekutuan umat Allah yang hidup di tengah-tengah dunia harus terlibat
dalam problematika lingkungan. Panggilan Gereja yaitu panggilan
kesadaran akan lingkungan hidup. Tentu dengan menyadari panggilan ini,
Gereja ikut serta dalam menjaga keseimbangan ekologi.
Key Words
Alam, ekologi, ekosistem, Gereja, ketidakseimbangan, komunitas, lingkungan, populasi.
Pendahuluan
Bumi
adalah ibu yang senantiasa mengandung dan melahirkan kehidupan. Ia
memberi susu dan madu yang berlimpah. Seperti ibu insani bumi membiarkan
semua kehidupan untuk hidup dari dan di dalam dirinya. Jika bumi
seperti ibu maka semua yang ada di dalamnya adalah “saudara”, sebab
semua yang ada mendapatkan makanan dan minuman dari ibunda bumi. Bumi
inilah firdaus dalam taman surga. Akan tetapi sekarang surga itu telah
hilang, firdaus telah musnah sebab ibunda bumi sedang sekarat. Manusia
telah membunuh ibundanya sendiri dengan ulahnya. Mereka membuat
teknologi yang canggih, limbah, dan berbagai macam bentuk pemusnah,
namun tanpa disadari, ia sedang membunuh dirinya sendiri.
Saat
ini kita memasuki millennium ketiga. Pada akhir millennium kedua dan
awal millennium ketiga, peristiwa alam semakin banyak terjadi dan
memakan banyak korban jiwa. Banyak jiwa telah hilang karena
peristiwa-peristiwa alam. Tidak hanya nyawa manusia yang hilang, tetapi
kerugian-kerugian yang lain seperti harta-benda, surat-surat berharga,
dan yang lainnya.
Baru-baru
ini terjadi “Penurunan permukaan tanah secara signifikan di Jakarta
semakin luas. Kondisi tersebut terjadi akibat kian intensifnya
pembangunan fisik yang disertai penyedotaan air tanah secara tidak
terkendali. Naiknya permukaan laut sebagai dampak pemanasan global
menyebabkan wilayah Jakarta yang terendam rob atau genangan saat air
laut pasang kian luas.”( Kompas,
27 September 2010: 1). Kejadian ini merupakan peristiwa alam yang tidak
bisa kita elakan lagi. Dan ini juga merupakan suatu fakta yang telah
nyata.
Kebutuhan Manusia Akan Alam
3 Kesalahan Gereja/Umat Katolik
SEMPATKAN diri Anda menjawab pertanyaan sederhana ini sejujurnya: Mengapa Anda beragama?
Tak semua mungkin dengan serta merta dapat menjawab pertanyaan ini. Untuk mempermudah, mungkin Anda akan setuju jika ada yang menjawab bahwa kita beragama karena harapan akan hidup kekal kelak setelah kita mati. Singkatnya kita ingin masuk surga dan beroleh hidup kekal.
Bicara tentang surga dan hidup kekal, banyak orang katolik salah mengira bahwa surga atau hidup kekal adalah pahala alias upah perbuatan baik kita. Berbuat baik akan beroleh pahala. Itu terlihat ketika orang menolak bertobat karena belum tua dan mau mati. “Nanti lah, kalau mau mati baru bertobat dan berbuat baik.”
Atau, “Nantilah dibaptis, kalau sudah dekat ajal.” Padahal kita semua tahu bahwa tak seorang pun tahu kapan ajal menjemput.
Berbuat baik diyakini akan beroleh pahala. Pahala dibutuhkan untuk masuk surga. Itulah kesalahan pertama.
Surga, kerajaan Allah adalah anugerah Allah, bukan usaha manusia. Perbuatan baik bukanlah tiket masuk surga ataupun alat untuk menyuap Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)